Jumat, 17 April 2009

Guru Profesi Tuna Kuasa

Guru Profesi Tuna Kuasa
Oleh : Rumongso
SOLOPOS,27 AGUSTUS 2008
Dimanakah letak kekuasaan seorang guru?.Pertanyaan yang cukup menggelitik berkenaan beberapa kejadian aktual akhri-akhir ini.Di Medan ada Komunitas Air Mata Guru yang terbentuk akibat melaporkan adanya kecurangan UAN di sekolah sehingga beberapa guru mendapatkan sanksi dari pengurangan jumlah jam mengajar hingga menjadi guru non job.Bahkan ada yang dipecat.Di SMP Negeri Gatak Sukoharjo sepuluh orang guru dimutasi karena melaporkan adanya penyelewengan yang dilakukan oleh kepala sekolah.(SOLOPOS 12 Agustus 2008).Mengapa masih saja terjadi sikap takut jika ada guru yang bersuara berani membongkar ketidakberesan keadaan di sekitarnya?.Apa yang ditakutkan dari seorang guru yang bersikap jujur terhadap suatu masalah?.
Guru jarang menggunakan kekuasaan yang dimilikinya.Ia berkuasa tetapi tuna kuasa.Kekuasaan guru berada dalam lingkup yang sangat sempit.Berada di dalam kelas.Kekuasaan untuk menghukum atau memberi hadiah kepada anak.kekuasaan memberikan nilai akademik baik dan buruk kepada anak didik.Pendek kata merah hitamnya anak terletak pada guru.Orang tua menyerahkan sepenuhnya keadaan anak kepada guru dan sekolahnya.
Dengan kekuasaan itu apa yang dapat dibanggakan oleh guru.Karena kekuasaan yang tidak membanggakan,maka guru jarang menggunakan kekuasaan yang dia miliki.Lalu apa yang ditakutkan?.Ketakutan terbesar kepada guru manakala guru berani turun gunung untuk bertindak atas sebuah penyimpangan.
Di Jakarta ribuan guru bantu demo ke gedung DPRD karena nasibnya tidak jelas.Ia bertindak karena dalam keadaan terdesak.Turun ke jalan artinya ada kegiatan belajar mengajar yang dikorbankan.Anak didik ditinggalkan di sekolah untuk urusan nasib.Guru adalah orang yang sadar akan hak dan kewajibannya.Demo seorang guru ibarat sedang mengajar kepada khalayak banyak yaitu hak harus dituntut setelah kewajiban dijalankan.Tidak ada fihak yang dihujat atau disakiti,tak ada bangunan yang dirusak.Kalau sampai guru demo dengan mogok mengajar,maka pemerintah sudah panas dingin.Berbda jika yang mogok kerja dari kalangan sopir.Penguasa dapat mengerahkan sopir cadangan.Semuanya dapat digantikan.
Tetapi jika guru mogok mengajar,apakah ada orang per orang yang dapat menggantikan?.Tidak bisa.Anak-anak pasti akan menolak guru pengganti.
Hakekat Guru
Pada masyarakat yang menganut pola hubungan patronase,guru ibarat lautan budi tepian ilmu.Tempat bertanya atas sesuatu masalah,dan menjadi muara atas semua nilai kebajikan.Bahkan pada masyarakat pedesaan yang masih kental pola kehidupan paguyuban,guru tidak cuma dituntut pandai dalam mendidik anak,tetapi juga dituntut sebagai penuntun ke arah jalan terang bagi masyarakatnya.Mereka melihat guru sebagai sosok yang memiliki kewaskitaan dalam melihat sesuatu hal.Ia menjadi sosok yang didengar titahnya laksana seorang raja.
Guru adalah profesi yang sedikit cemooh.Masyarakatjuga ada yang tdaik rela jika ada guru yang dicemoo.Orang menjadi sungkan meski kurang berkenan..Guru adalah profesi yang dituntut untuk tidak boleh salah dan keliru.Apalagi sampai berbohong.Jika guru salah menerapkan sebuah konsep,keliru dalam memahami dan menilai sebuah rumusan,maka bisa fatal.Apalagi jika sampai berbohong menyembunyikan kebenaran.
Dokter jika salah memberikan resep obat,paling-paling yang jadi korban cuma satu orang.Yaitu si pemakai obat yang salah resep.Tetapi jika guru yang salah dalam memberikan sebuah system nilai kepada anak didik,maka anak satu kelas akan menjadi korban menelan pil kesalahan. Ia juga tidak boleh berbohong.Karena satu kebohongan akan melahirkan kebohongan yang lain. Artinya ada derajat yang lebih tinggi pada profesi keguruan dibandingkan dengan profesi yang lain.Ia berbeda karena menjadi guru bisa berarti menjadi”liyan/other” dalam suatu komunitas.Yang lain boleh saja makan,minum,merokok sambil berjalan.Untuk seorang guru hal itu tabu untuk dilakukan.Berpakaian kaos singlet saat di luar rumah,tidak boleh untuk guru.Keluar rumah harus dalam keadaan rapi,meskipun tidak dituntut berpakaian mewa.Inilah yang dimaksud menjadi”liyan” tadi.
Menjadi guru adalah panggilan hati dan jiwa,sebagaimana menjadi seorang pastor dalam agama Katholik atau seorang Bhiksu Budha yang rela untuk hidup berselibat agar menjadi penggembala umat yang baik,atau menjadi seorang serdadu yang berani melaksanakan kontrak mati lebih baik pulang tinggal nama dari pada gagal dalam tugas.
Jika bukan karena panggilan hati,seorang guru hanya bisa mengeluh,seorang pastur atau bhiksu akan keluar dari dunianya,dan seorang tentara akan desersi meninggalkan tugas.Menjadi guru artinya juga siap hidup bersahaja nirharta seperti yang di tulis penyair Hartoyo Andangjoyo dalam puisi Dari Seorang Guru Kepada Muridnya.
Guru dan kekuasaan
Melihat kasus mutasi di SMP I Gatak Sukoharjo,kaca mata orang luar akan melihat bahwa faktor suka dan tidak suka sangat jelas terlihat.Ada ketidakadilan yang nyata.Kita tidak mempermasalahkan mutasi itu.Yang kita permasalahkan adalah prosesnya yang tidak adil dan fair.Jika karena membongkar borok atau penyakit dianggap sebagai sikap membangkang kepada pimpinan,maka sekolah secara keseluruhan akan terjerumus pada jurang yang paling dalam.Memutasikan seorang guru karena ia berbicara tentang kebenaran di satu sisi berhasil,tetapi di sisi lain masyarakat akan memberikan stigma negatif kepada sekolah yang ditinggalkan.Ada filosofi dalam Bahasa Latin,Veritas premitur non opprimitur yang artinya kebenaran memang dapat ditekan,tetapi tak akan dapat dihancurkan.
Guru yang tuna kuasa dihadapkan pada tembok kuat bernama kekuasaan.Lalu yang terjadi adalah lomba adu kuasa antara guru dengan kepala sekolah.Karena mutasi sudah di-endorsment oleh penguasa daerah,maka tinggal guru yang menggigit perasaan sendiri.Guru menjadi fihak yang kalah.Kuasa versus tuna kuasa.Yang dilupakan oleh penguasa adalah doktrin primus inter pares atau yang lebih tinggi dari yang sederajat antara guru dengan kepala sekolah.Guru adalah guru,dan kepala sekolah juga guru.hanya saja karena sesuatu hal,ia di tinggikan setingkat lebih tinggi sebab jabatannya itu.Tetapi akarnya tetap,yaitu guru.Ketika seorang guru diangkat menjadi kepala sekolah dengan segenap kewenangannya,maka terjadi pergeseran orientasi.Sebagai guru ia dituntut untuk terus dan terus mencari kebenaran/truth searching,sedangkan sebagai pejabat ia harus mencari kekuasaan/power searching.Kebenaran itu nisbi,kekuasaan itu relative.Agar dapat menjadi sesuatu yang eksak dan dapat diterima semua fihak,harus didasarkan pada nilai atau norma bersama/common sense.Mencari kebenaran dan mencari kekuasaan jika digabungkan dapat menjelma menjadi mencari kesempurnaan hidup/Hanggayuh kasampurnaning hurip (Search of ferfect life).Karena berada di dua kutub yang berlainan,maka yang menjadi korban adalah murid dan sekolah sebagai lembaga.Memutasi 10 orang guru dalam waktu yang besamaan,pasti akan membuat roda organisasi pincang.
Mutasi yang idieal
Mutasi seorang pegawai negeri sipil dan militer sudah jelas aturannya.Seseorang dapat dimutasi karena akan menduduki posisi dan jenjang karier lebih tinggi,tenaga dan fikirannya diperlukan di tempat yang baru atau juga bisa berupa hukuman.Jika mutasi itu sebagai sarana promosi pasti tak akan ada penolakan.Begitu uga mutasi karena tenaga yang bersangkutan diperlukan di organisasi lain bisa dimaklumi.Bahkan mutasi karena bersdikap hukuman pasti yang bersangkutan juga akan menyadari dan memahami.Namun mutasi yang didasarkan pada syak wasangka untuk menyingkirkan orang yang tidak disukai pada hakekatnya mematikan karier dan masa depan seseorang.Seorang pimpinan memiliki kekuasaan penuh dalam hal pemberian penilaian/kondite anak buahnya.Namun prinsip kehati-hatian tetap harus dijunjung tinggi.
Tanpa prinsip kehati-hatian yang timbul adalah suasana kerja yang tidak kondusif dan menimbulkan gejolah bagi jalannya sebuah organisasi.Memang sulit memuaskan semua fihak.Tetapi memuaskan yang sedikit juga hal terpuji.
Kekuasaan itu membutakan, ia tidak bisa mengenali kawan.Kekuasaan itu memabukkan,maka ia membuat orang mudah lupa.Dan sebagaimana kata Lord Acton,bahwa kekuasaan itu cenderung korup.Maka setiap jengkal ranah kekuasaan harus tetap di jaga,dikontrol bersama.Kekuasaan kepala sekolah dan guru harus dijaga dan diawasi oleh oleh masyarakat.Masyarakat yang abai akan menyuburkan penyelewengan.Guru yang abai terhadap segala tindakan buruk kepala sekolah akan menjadikan sang kepala sekolah sebagai tiran.
Masyarakat memerlukan pendidikan yang dijalankan dengan penuh tanggung jawab.Konsep Good Coorporate Gavernance di terapkan agar sekolah tertata dan terkelola dengan baik.Peranan kepala sekolah sebagai manager tidak serta merta imun dari kritik dan pengawasan.Masalah terbesar bagi kepala sekolah dewasa ini adalah rendahnya kualitas penguasaan dasar-dasar menejemen kepemimpinan.Di sekolah ada lingkaran setan antara guru dengan kepala sekolah yang selamanya tidak akan bertemu dan menyatu.Anak buah yang kritis dianggap sok tahu.Anak buah diam dianggap bodoh.Guru juga memiliki pandangan lain.Jika kepala sekolah tegas dianggap sok kuasa.Kepala sekolah tidak tegas dianggap tidak becus memimpin.
Untuk menghilangkan lingkaran setan tersebut adalah terjalinnya sikap saling menghormati antara guru dengan kepala sekolah.Tidak adigang adigung adiguna.
Lembaga pendidikan yang disinyalir ada ketidakberesan pasti pengelolanya ada unsur.Mestinya lembaga steril dari unsur pamrih.Ia harus dikelola dengan semangat dan laku mesu budi/askestis.Tidak silau oleh materi.Orang yang memiliki pamrih cenderung lupa.Bila pendidikan di dalamnya ada pamrih,maka hukum dagang yang akan dijalankan.Melihat sesuatu dengan pendekatan untung rugi.Sekedar contoh,tentang pejabat pendidikan yang dijadikan tersangka karena kasus mark up buku ajar.
Sungguh ironis.Mestinya pamrihnya satu yaitu majunya dunia pendidikan agar setara dengan negara-negara lain,minimal sesama ASEAN.
Lembaga pendidikan juga harus dijauhkan dari politik kekuasaan.Politisasi pendidikan akan meminggirkan pendidikan,dan hanya menjadikan dunia pendidikan sebagai obyek.Dengan menjauhkan pendidikan dari politik,maka ia akan terhindar dari politisasi.Issue tentang pendidikan gratis yang dikumandangkan saat kampanye legislative,pilpres,pilgub,pilbub/pilwalkot merupakan sebuah hal yang menyesatkan masyarakat.Pendidikan gratis adalah pembodohan dan penumpulan daya kritis masyarakat.Mirip tukang obat pinggir jalan yang bisa meramu satu obat untuk ratusan penyakit.Pendidikan politik tidak sama dengan politik pendidikan.
Mengakhiri artikel ini,ada baiknya kita merenungkan sebuah syair tentang mulyanya seorang guru dari Jazirah Arab.
Ada orang tidak mengerti,tetapi ia tidak mengerti bahwa ia tidak mengerti,maka jauhilah dia!.Ia orang bodoh yang malas belajar.
Ada orang mengerti,tetapi ia tidak menegrti bahwa ia mengerti,maka bangunkanlah dia!.Ia orang pintar yang selalu tertidur.
Ada orang tidak mengerti,dan ia mengerti bahwa ia tidak mengerti,maka ajarilah dia.Ia seorang murid yang ingin pintar.
Ada orang mengerti,dan ia mengerti bahwa ia mengerti,maka kumpulilah dia.Ia adalah guru!.
Vivat academica,Vivent Frofesore!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar