Jumat, 17 April 2009

Guru harus membaca agar berwawasan

Guru harus membaca agar berwawasan
Oleh:Rumongso
Bisa dikatakan bahwa rata-rata masyarakat Indonesia masih sangat rendah dalam kesadaran untuk membaca.Hal ini bisa dilihat dari rata-rata buku yang laku terjual tiap judulnya. Kategori best sellers hanya menembus angka di bawah 100.000 eksemplar.Bandingkanlah dengan negara-negara lain yang masyarakatnya sudah memiliki kesadaran tinggi tentang pentingnya membaca dan menjadikan buku sebagai salah satu kebutuhan dasar,buku best sellers sampai angka satu juta eksemplar lebih.Rendahnya buku yang terjual bisa dirujuk dari masih tingginya harga buku karena pemerintah mengenakan pajak pembelian untuk kertas,dan pajak penjualan di toko buku.Hingga bermuara pada tingginya harga buku yang berujung pada lemahnya daya beli masyarakat.Jadi ibarat lingkaran setan.Pemerintah mengkampanyekan gerakan sadar membaca (sadar membeli buku),tetapi pemerintah juga enggan untuk kehilangan pendapatan dari pajak.Jauh panggang dari api.Ini berbeda dengan negara ASEAN yang lain semisal Malaysia,Singapura dan Thailand yang sudah membebaskan pajak bagi produk berbasis kertas dari hulu hingga hilir.
Bagaimana dengan minat baca guru?.Berapa tingkat konsumsi guru per kapita per tahun terhadap barang bernama buku?.Jawabannya idem ditto dengan masyarakat lain.Masih sangat rendah.Jangankan untuk menyisihkan pendapatan untuk membeli buku,dikasih gratis saja jarang di sentuh,apalagi dibuka dan difahami isinya untuk menambah wawasan.Dengan tingkat kesejahteraan yang sudah memadai,terutama guru PNS,rasanya aneh jika mereka enggan menyisihkan gaji dan pendapatan mereka untuk membeli buku.Jika dirujuk ke pertanyaan lain,seberapa banyak guru yang sudi dan berkenan untuk berkunjung ke perpustakaan umum?.Ah,nanti dulu..Rata-rata mereka tidak tahu akan keberadaan perpustakaan.Sebagai sebuah gambaran,waktu liburan penulis selalu berkunjung ke perpustakaan di Monumen Pers Surakarta selama itu pula penulis tidak bertemu dengan mahkluk bernama guru.Yang datang adalah mahasiswa yang tengah skripsi dan pensiunan yang mengisi waktu dengan membaca.Mungkin hal serupa juga terjadi di perpustakaan yang lain.
Guru bukannya tidak memiliki waktu untuk membaca,tetapi miskin kemauan untuk meningkatkan kemampuan dan wasasan lewat bacaan..
Kejadian serupa juga terjadi di lingkungan sekolah.Koran jarang dibaca secara menyeluruh.Hanya berita yang enteng-enteng saja.Jarang ada guru yang membaca tulisan berwujud artikel yang ditulis oleh para pakar dibidangnya.Padahal dari tulisan itu kita sejatinya berguru langsung dengan para empu.Juga sangat tragis sebagaimana dialami oleh penulis yang berlangganan koran nasional.Sejawat berkomentar bahwa koran terlalu berat dengan berita-berita politik,ekonomi dan lain-lain.Padahal masih banyak rubrik yang sangat membumi,misalnya humaniora,dikdaktika,gender,ilmu pengetahuan dan tehnologi dan hal-hal lain yang bisa menambah wawasan keilmuan tanpa harus unjuk diri.Meski penerbit koran yang bersangkutan sudah memberikan potongan harga sangat banyak untuk pelanggan dari kalangan guru,tapi minat guru sangat kecil.
Kejadian ini tidak bisa terus berlangsung.Gerakan penyadaran kepada guru agar gemar membaca harus dimulai dari sekarang.Membaca tidak harus berpusat pada buku-buku setebal bantal.Atau buku-buku dengan bahasa langit yang tidak dimengerti guru.Tetapi dimulai dengan membaca buku yang berkorelasi dengan dunia pendidikan, ,psikologi anak,psikologi pendidikan dan lain-lain.Mana kala sudah timbul minat baca pada buku yang memiliki relevansi dengan dunia tugas dan dunia kerja maka minat harus diperluas untuk buku-buku yang lain.
Karena kurangnya membaca,ada guru yang mengatakan bahwa sepeda motor di Indonesia diimpor dalam keadaan built up dari Jepang.Syahdan ada juga teman guru yang mengatakan bahwa lembaga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Cuma ada di Jakarta dan tidak memiliki perwakilan atau kantor wilayah/daerah.Hal ini tidak akan terjadi jika ia memiliki referensi luas sebagai akibat bacaan yang ia cerna sehari-hari.Penulis hanya bisa tersenyum kecut karena penjelasan penulis tidak bisa diterima.Ini kejadian sebenarnya.
Maka sangat enak dan tidak berlebihan jika seorang guru memiliki wawasan luas.Minat baca tidak hanya terbatas pada buku-buku pelajaran sekolah.tetapi lebih dari pada itu,Misalnya dengan minat terhadap buku filsafat,novel,politik,teknologi dan lain-lain.Ia bisa menjelaskan kepada anak hal-hal menarik dalam hal pengetahuan umum.Tidak berlebihan jika seorang guru menjelaskan kepada anak didik mengapa Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia jatuh dan apa akibatnya terhadap para pemilik modal.Juga menjelaskan mengapa krisis pembiayaan perumahan di Amerika Serikat (Subprime Mortage) menyebabkan perekonomian Amerika Serikat ambruk.Semua hanya bisa diperoleh jika guru gemar membaca.Pasti anak-anak akan terkagum-kagum memiliki seorang guru yang mumpuni.
Berbahagialah guru-guru di kota Surakarta.karena kota Surakarta sangat mendukung proses pengembangan diri seorang guru.
Di Jakarta rata-rata koran sampai ke pelanggan pukul 07.00,sementara di kota Surakarta pukul 06.00 sudah bisa membaca koran baik nasional maupun koran lokal.Pemerintah Kota Surakarta juga menyediakan fasilitas internet lengkap dan gratis karena pemerintah kota menyediakan beberapa titik hot spot di tempat-tempat strategis agar bisa nge-net sampai puas tanpa berfikir untuk membayar.Kalau belum memiliki laptop bisa ke warnet yang hampir tiap pojok jalan ada dan memiliki koneksi yang cepat dan harga yang sangat murah jika dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.
Dengan melek internet seolah dunia ada dihadapan kita,karena informasi selalu up to date.Lagi-lagi jarang ada guru yang berminat untuk mencari informasi lewat internet.
Maka tidak mengherankan jika kita bertanya seberapa banyak guru yang memiliki account email pribadi untuk berkorespondensi,blog pribadi untuk memwartakan diri dan hal-hal lain seputar dunia internet.Mereka akan menggelengkan kepalanya.Padahal anak didiknya sudah lari kencang meninggalkan para guru dalam hal penguasaan teknologi informasi.
Peribahasa Inggris,who you are what you read,siapa anda apa yang anda baca.Ada guru suka membaca koran kriminal yang mengumbar berita porno dan foto seronok,koran metafisika dan tabloid gossip artis.Bisa dbayangkan apa dan bagaimana kepribadian mereka terbentuk dan cara berfikir mereka terhadap sebuah hal,padangan mereka terhadap masalah serius seputar pendidikan.Maka jangan heran jika akibat yang timbul adalah,bagi yang suka baca koran kriminal mereka juga akan bertindak kriminal dengan memanipulasi nilai anak,membocorkan jawaban tes atau ulangan umum kepada anak.Yang gemar membaca bacaan metafisika akan mengamalkan bacaannya dengan menyuruh anak ke dukun menjelang ujian akhir,bukan menambah materi untuk persiapan ujian.Bagi penggemar gossip artis maka waktunya akan dipakai habis untuk ngrumpi hal-hal yang remeh temeh jauh dari dunia pendidikan.
Pendidik sekaligus esais terkemuka F.X. Triyashadi Prihantoro,Guru SMA PL Santo Yosep Surakarta di sebuah koran nasional mengajak guru agar gemar menulis untuk meningkatkan potensi diri,diibaratkan berteriak-teriak di padang pasir nan luas.Tidak akan ada yang menjawab.Ajakan itu sangat sulit terwujud karena guru tidak memiliki referensi yang banyak yang cukup.Referensi itu hanya diperoleh dengan membaca.Melihat kenyataan di lapangan berupa masih miminmya minat baca guru maka kemampuan menulis tidak akan bisa timbul dan terasah.Padahal dengan menulis sangat bermanfaat dalam menunjang karier guru,terutama guru negeri.Dalam program sertifikasi guru ada item penilaian yaitu tentang publikasi ilmiah yang memiliki skor cukup tinggi.Jika ini terwujud maka wajah pendidikan nasional kita akan semakin cerah.Sebab guru memiliki visi pribadi yang disebarkan kepada khalayak umum lewat tulisan di media massa.Visi pribadi itu akan dicerna oleh pembaca dan akan mempengaruhi fikiran dan pemahaman,sebab dengan membaca tulisan kita,diibaratkan bahwa kita mencuci otak para pembaca.
Gemar membaca mengharuskan kita untuk berjuang melawan kehendak dalam mengubah perilaku konsumtif ke perilaku produktif.Bagi guru yang berfikiran dangkal akan sangat sayang jika uang dipakai untuk membeli buku,koran atau majalah.Mereka lebih senang jika uang dipakai untuk membeli makanan,membeli pulsa atau rokok dengan berbagai dalih pembenar.Tetapi bagi yang memiliki kesadaran tinggi bahwa membeli buku pada hakekatnya sebuah investasi ilmu,maka mereka tidak sayang untuk mengeluarkan uang guna membeli buku dan berlangganan koran.Namun seberapa banyak kalangan guru yang sudah memiliki tingkat kesadaran itu?.Hobi gemar membaca juga tidak harus keluar uang.Berkunjung ke perpustakaan umum bisa menjadi jalan keluar yang paling murah.Konsekwensinya adalah perpustakaan umum berani buka pada hari libur umum atau Minggu agar bisa dikunjungi guru.Bagi yang sudah berlangganan koran harian dan ingin menambah wawasan dengan membaca majalah bisa menjadi anggota klub penyewaan majalah yang bisa dijumpai dibanyak tempat.Cukup dengan membayar Rp 1.500,00 per majalah untuk 2 hari,kita bisa menyewa majalah yang harganya di atas Rp 40.000,00/eksemplar. Ribuan informasi bisa kita serap karena umumnya tempat penyewaan majalah sangat lengkap meliputi majalah berita,gaya hidup wanita dan laki-laki,anak-anak.Pendek kata membaca itu murah meriah.Mengapa tidak mulai mencoba dari sekarang?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar